Naturalness of Love
By : LL
Ini sangat membosankan. Yaap, beginilah
hari-hari yang ku jalani kerap kali membosankan. Sebenarnya hal seperti ini
sudah biasa, tapi entah kenapa akhir-akhir ini terasa lebih berbeda. Lebih dan
lebih membosankan. Ughhh, sangat menyebalkan.
Oiya namaku Wike, sekarang aku
duduk di bangku kelas XI SMA. Di sini aku punya banyak teman, tapi tidak
sedikit dari mereka yang benar-benar mengenaliku. Yah mereka semua hanya teman
biasa, tak ada yang terlalu dekat ataupun terlalu jauh. Bisa dibilang hanya teman
sesaat, mungkin seperti itu, ini karena aku sendiri sedikit tertutup. Aku tidak
pernah banyak cerita ke mereka, soalnya aku nggak bisa mempercayai orang 100%. Meskipun
sudah lumayan dekat, tapi kalau firasatku mengatakan dia bukan orang yang tepat
untuk menampung keluh kesahku, aku tidak akan bercerita apapun kepadanya. Paling
mereka semua yang sering curhat ke aku. Karena aku dianggap cukup mampu memberikan
solusi bagi mereka, padahal terkadang aku juga bingung menanggapi permasalahan
mereka. Apalagi seringkali mengenai cowok yang mereka suka. Jelaslah aku
kesulitan memberikan saran, aku sendiri tidak begitu paham mengenai masalah
percintaan. Mereka salah besar ketika
menanyakan hal seperti itu kepadaku. Tapi aku tidak mau menyakiti mereka dengan
tidak mau merespect curhatan mereka, yah akhirnya aku kasih saran sebisaku
saja. Mau mereka menggunakan saranku atau tidak, itu urusan mereka. Yang terpenting
aku sudah berusaha membantu mereka. Emm,
tau nggak, sebenarnya selain tertutup , aku anaknya juga sering main feeling
dan suka melibatkan perasaan saat menghadapi apapun. Inilah yang menurutku
kurang baik. Sedikit-sedikit tersinggung, yah.. pokoknya main perasaan deh. Kalau
tersinggung sedikit langsung sakit hati. Aku sendiri sebenarnya benci sifat
ini. Tapi mau gimana lagi udah sifat bawaan, susah ngerubahnya. Wkwkwk
Kebosanan, kesepian dan
kejenuhanku ini masih terus berlanjut lho, hehe.. Sampai akhirnya aku ketemu
sama seorang cowok, keren dan misterius. Entah siapa namanya, di mana rumahnya
aku belum tahu. Sangat sedikit informasi yang ku ketahui tentang sosok cowok
yang satu ini. Dan ini juga yang membuatku semakin penasaran akan dirinya.
Setiap hari cowok itu melintas di
depan rumahku dengan sepedanya. Sehari tak hanya sekali namun berkali-kali. Inilah
yang membuatku kenal akan sosoknya. Awalnya aku hanya sekedar ingin menjadi
secret admirernya, tapi lama kelamaan perasaan itu berubah menjadi rasa suka. Tiap
detik aku menunggunya, duduk di depan rumah sambil sesekali menoleh dan melirik
ke sana kemari. Setiap dia lewat, betapa senangnya aku. Sampai-sampai aku hafal
kapan saja dia akan melintas depan rumahku. Aku tidak hanya mencari tahu
tentang dia, tapi juga keluarga dan orang-orang yang dekat dengannya. Dan sekarang
aku sudah tahu wajah ayahnya. Beliau berkumis dan sering sekali aku melihatnya
dengan pakaian yang rapi ..
Aku menyukainya, namun rasa ini
sepertinya tidak akan berkembang. Bayangkan saja, sepertinya tak ada respon
untukku. Padahal aku sudah berusaha untuk menunjukkan keberadaanku. Aku hanya
ingin dia tau, kalau ada seseorang yang ingin berada di dekatnya. Itu saja. Tapi
apa, setiap kali dia melintas di hadapanku, dia hanya melaju begitu saja, tanpa
ekspresi apapun. Terkadang dia terlihat tersenyum, entahlah senyum itu ia tujukan untuk siapa. Aku
sendiri juga tak tahu,. Ini semua kadang terasa menyakitkan. Aku mengharapkannya,
tapi sepertinya dia tak peduli akan keberadaanku. Aku mau dia mengerti, tapi
kurasa ini sia-sia. Akhirnya kuputuskan untuk tidak peduli lagi dengannya,
meskipun ini sulit. Tapi, aku akan berusaha hidup seperti biasa tanpa
bayang-bayangnya. Ini semua sudah menjadi keputusanku. Aku tidak akan muncul
lagi dalam penglihatannya. Cukup sampai di sini.
Sudah beberapa minggu ini aku tak
pernah melihatnya, karena kesengajaanku sendiri yang berdiam diri di dalam
rumah. Aku tak pernah mendengar kabarnya, tak melihat wajah manisnya. Sama sekali
tak mendengar apapun tentang dia.
Hari ini hari minggu, dan ini adalah hari ke
tiga puluh, genap satu bulan aku bersembunyi darinya. Seperti biasa tak ada
aktifitas apapun yang bisa kukerjakan, hanya nonton tv dan main-main internet
saja. Aku mengingat ketika masih berharap padanya, saat-saat seperti ini akah
kuhabiskan untuk menunggunya di depan rumah. Ahhh itu sudah masa lalu, pikirku
dalam hati. Tiba-tiba lamunanku ini buyar,gara-gara teriakan kakek memanggil
namaku dari seberang rumahnya. Aku benci sekali dengan teriakan seperti itu,
aku juga sering tak menghiraukannya. Pura-pura saja tidak mendengarnya, sama
seperti kali ini. Akhirnya kakek mendatangiku, karena aku yang tak kunjung
keluar dari rumah. Ia menyuruhku ke rumahnya, katanya ada yang ingin menemuiku.
Hah.. siapa? Kenapa nggak langsung aja ke rumahku, pikirku.
Dan di rumah kakek, aku melihat
orang itu. Sepertinya aku mengenalinya. Dan benar saja, ia adalah ayah cowok
itu. Aku mulai bingung, dan mencoba menebak-nebak apa alasan beliau datang
menemuiku. Tapi aku tak menemukan jawaban apapun dari otakku. Akhirnya aku
hanya berdiam diri dan membisu. Aku takuutt, entah takut pada apa. Semuanya terkesan
aneh. Tiba-tiba saja orang itu bilang ke kakek kalau mau melamarku. Bak tersambar halilintar, aku pun ingin
mengelepar rasanya. Aku benar-benar
terkejut, aku tidak mengerti maksudnya. Tanpa sebab dan alasan yang jelas
tiba-tiba begitu saja memintaku untuk menjadi mantunya. Wow sungguh aneh.
“lah apa-apaan ini? Apa coba
maksudnya?” aku langsung nyolot mendengar itu, emang kala itu masih sangat
labil.
“kamu nggak mau sama anak saya? Saya
ke sini ya karena dia yang minta”. Jawab ayah si cowok.
“Anak bapak? Maaf sebelumnya, tapi
kenal saja tidak? Kenapa tiba-tiba seperti ini?” kataku yang terus
mempertanyakan.
“iya anak saya, dia sayang sama
kamu, dan saya juga setuju. Sepertinya kamu anak yang baik”. Jawabnya.
“ta... tapii aku nggk kenal anak
bapak, aku masih tidak mengerti”. Jawabku sedikit gagap.
“kalau sama-sama suka ya saya
merestui saja, bukan begitu pak?” tanya bapak si cowok ke kakekku.
“iya, tentu begitu”. Jawab kakekku
ngawur.
“apaan sih kek, orangnya aja nggk
kenal. Aduhh, susah banget ngejelasinnya”. Jawabku semakin sewot.
“itu lo anaknya”. Kata ayah si
cowok , sambil nunjuk seseorang yang baru saja datang.
Ternyata dia, dia si cowok
misterius yang aku suka. Dia mendekat ke arah kami. Dengan kaos merah itu dia
kelihatan lebih keren. Mungkin sebenarnya bukan karena kaosnya, tapi karena aku
bisa memandang wajahnya sedekat ini. Dia menghampiriku dan melempar senyum manisnya kepadaku. Aku sungguh
terkejut, tak menyangka sama sekali akan seperti ini. Kali ini aku terpaku
dengan beribu pertanyaan di benakku. Tapi,
dia semakin mendekat ke arahku, aku berusaha menjauh. Ku langkahkan kakiku ke
belakang. Namun, ia tetap mengikutiku. Rasanya detik itu juga aku ingin kabur,
tapi kaki ini sungguh berat, terlalu kuat berpijak ke tanah.
“kenapa menghindar ?” tanyanya.
“aku tidak menghindar, siapa
kamu?maaf aku tidak kenal denganmu”. kataku kasar.
“tapi, aku sangat mengenalmu. Tak
ada yang tidak ku ketahui tentang dirimu wike.” Jawabnya meyakinkan.
“ayo ngobrol saja.” celetuk kakek
yang berjalan menjauhi kami bersama ayah si cowok menuju ke dalam rumah.
Sial, Kenapa kakek meninggalkan
kami di sini, pikirku kesal. Aku hanya berkedip dan diam dalam seribu bahasa. Aku
bertanya-tanya pada diriku sendiri, aku tak banyak tahu tentangnya, tapi dia
tahu semua tentang diriku. Dan dia tahu namaku. Aku sangat bingung kala itu. Sementara
dia masih berusaha mendekat ke arahku,
dan tiba-tiba saja dia langsung memelukku. Erat sekali, dan itu hampir
membuatku susah bernapas. Tapi aku masih tetap diam, entah kenapa begitu saja air
mataku menetes ke pundaknya.
“hei, kenapa nangis?” tanyanya sambil
melepas pelukannya.
“apa tujuanmu?” tanyaku asal.
“Apa maksudmu? aku menyukaimu”. Jawabnya.
“Sebulan bukan waktu yang
sebentar untuk menghibur diri, buat ngelupain orang kayak lu.”
kataku kesal.
“udah berhasilkah ngelupain aku ?”
tanyanya seolah-olah tak mengerti apapun.
“hampir, sebelum akhirnya kau
muncul lagi seperti ini.” Jawabku dengan menahan tangis.
“maaf, aku tidak bermaksud
membuatmu sakit. Aku benar-benar menyayangimu, dan inilah caraku. kamu sayang
kan sama aku? ” tanyanya berulang kali.
“lebih dari yang kau tahu, dan
tak ada seorangpun yang cukup tahu tentang
itu. Sebelumnya aku memang tak bisa ungkapkan rasa sejatiku pada siapapun. Dan berharap
kau tahu itu suatu saat”. Jawabku menjelaskan.
“iya aku tahu, hanya aku yang
tahu. Aku menyayangimu wike.” Jawabnya.
Dia tersenyum padaku, dan kali
ini aku benar-benar tahu kalau senyum itu hanya untukku. Aku pun membalas
senyumnya dengan berlinangan air mata. Dia mengusap air mataku dan merangkulku
masuk ke dalam rumah.
Kini aku bersamanya, menjalin
sebuah ikatan cinta. Semua menjadi berbeda ketika bersamanya, semua terasa
lebih indah.
Ternyata tidak ada yang tidak mungkin, apapun
bisa terjadi di dunia ini. Tanpa tahu namanya pun aku sanggup mencintainya
seperti ini. Aku mencintainya dan dia mencintaiku. Inilah impianku. Tak ada
yang lebih indah dari ini. semuanya memang akan indah pada waktunya. Dan itu
pasti.
**Mencintai dalam diam
itu lebih nikmat rasanya daripada di ungkapin, karena kalau kita ungkapin
perasaan kita ke orang yang kita suka, belum tentu dia akan mendekat, terkadang
dia akan semakin menjauh ...
0 komentar:
Posting Komentar