Jumat, 20 Desember 2013

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin



Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu
dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan,
tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih
sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan
lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.

ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas.
Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul
tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih
dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi
seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin
harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.

 Tere-Liye

0 komentar:

Posting Komentar